Manusia Ini



“Kau tak menulis lagi? Menulislah. Aku akan selalu jadi pembaca setiamu”

Aku menemukan pembacaku. Selayaknya setiap tulisan yang memiliki pembacanya masing-masing. Ini perihal selera Bro. Entah apa yang ditunggunya dari tulisanku, atau entah apa yang disukainya dari caraku menulis, tapi yang pasti pesan singkat itu memaksaku untuk kembali menuliskan apapun. Jujur saja, aku seorang amatir. Banyak yang mengira aku penulis, tapi mengetikkan huruf pertama saja selalu membuatku berlama di depan layar, Aku berulang kali menghapus tiap-tiap kalimat yang ku tulis, bahkan berulang kali membaca tulisanku sendiri. Rasanya tak pernah sempurna menurut ukuranku.
Aku harus menuliskan tentangnya, sebagai apresiasi karena membuatku bahagia. Sungguh, aku begitu terharu membaca kalimat di pesannya. Sereceh itulah aku, mungkin. Manusia ini yang selalu membuatku percaya bahwa mimpi bukan suatu hal mustahil. Aku tak pernah bosan bercerita dengannya, entah mendengar ceritanya atau berbagi ceritaku, selalu saja detik-detik itu menjadi sangat berharga. Selalu penuh semangat, antusiasme, dan keyakinan. Aku yakin dia menularkan banyak energi positif itu padaku sembari bercerita. 

“Aku ingin backpacker-an di sekitaran Asia, dari satu negara ke negara lain”. See? Enteng sekali kalimat itu keluar dari mulutnya, sementara aku mulai berpikir tentang passport, visa, transportasi, uang saku, tempat menginap, dan segala macam hal yang mungkin jadi prioritas ke sekian untuk dia pikirkan. “Indonesia?” Tanyaku. “Keliling Indonesia juga” Jawabnya. “Ayo kita lakukan!” Kemudian pembicaraan kami menjadi semakin panjang. Aku suka menginap bersamanya, karena sampai pagi pun kami bisa terjaga dan membicarakan apapun, mulai dari hal-hal receh hingga hal serius.

Manusia ini menyenangkan. Dia bukan orang yang sulit, begitu mudah malah. Kesukaannya mengumpulkan barang-barang aneh, antik, dan lucu. Aku sempat mencuri selembar uang koleksinya waktu itu, sungguh dia tak marah. Dia yang membuatku bersemangat untuk mengunjungi tempat-tempat baru. Koin dan foto selalu bisa membuatnya senang, bahkan aku pun begitu senang melihatnya menyukai itu. Lalu cerita perjalanan, hal-hal aneh, detail yang kadang tak tersampaikan pada siapapun, kami memiliki bahasa sendiri untuk bercerita.

Kami berbeda, ku rasa dia extrovert sementara aku introvert, seleranya dan aku berbeda, tapi ada banyak hal yang kami pikirkan bersama, merencanakan project keren di masa depan, membuat ini dan itu, ah semuanya menyenangkan.
“Aku ingin jadi ini Dek”
“Bisa, nanti begini begini begini”
Dia selalu begitu, men-support apapun yang aku rencanakan. Menceritakan apapun padanya tak pernah begitu takut. Aku selalu menjadikannya motivasi untuk berubah, menjadi lebih berbaur, terbuka pada dunia dan orang lain, karena begitulah dia. Aku belajar dari caranya, dari sikapnya, dan dari ceritanya. Entah kenapa aku yakin saja, manusia ini akan selalu memukau ku dengan dia apa adanya, dengan mimpi dan rencana masa depannya.

Ku harap kau selalu baik-baik saja disana. Jadilah mataku untuk melihat banyak sisi dari Indonesia. Suatu hari nanti, ayo kita lakukan bersama. Akan ku bagi banyak foto padamu, tenang saja. Nanti, akan ku temani selama kau disini. 

Aku menyayangimu, bahkan di kejauhan sekalipun.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Tokyo in Love

Instagram Ads: Reach More Your Specific Audience