Awal Kehidupan di Istanbul

Halo dari Istanbul!

Finally, I'm here and write for this topic!
Juny ngapain ke Turki? Jalan-jalan atau S2? Beasiswa?

I got some direct message in instagram about this. Mau bilang so many, ntar dikirain sok artis wkwk. So, aku kesini untuk Tomer (kursus Bahasa Turki), bukan jalan-jalan, bukan S2, dan tanpa beasiswa. Clear? Oke, let's start the story.

Hari pertama nyampe disini, aku dijemput sama temanku, terus diantar ke rumah. Rasanya asing. Semua di sekelilingku begitu asing. Aku lah sebenarnya orang asing itu. Setelah diajarin cara pakai transportasi dan beberapa perlengkapan rumah, ditunjukin beberapa tempat penting di sekitar rumah, doi pulang. Aku nganterin dia sampai halte bus sekalian beli makan keluar (ini juga dia yg beliin karena aku gatau cara ngomongnya).

Waktu pulang ke rumah, disitulah terjadi drama yang menyeramkan. Aku tinggal di apartemen lantai 2. Setelah masuk ke bangunan apartemennya, aku ga bisa buka pintu rumah, aku gatau caranya, padahal kuncinya udah aku buka, dasar si Juny rada kampungan sih. Aku langsung nelpon temanku yang barusan pulang, nomornya ga aktif, baterai hp ku udh tinggal 10%, perutku lapar, 10 menit kemudian lampu mati, dan tubuhku benar-benar butuh istirahat. Penerbangan dan transit selama 19 jam, ditambah perbedaan waktu 5 jam dari Singapore membuat aku benar-benar jetlag. Aku berusaha mendorong pintunya sekuat tenaga, tapi tak berguna. Perutku udah lapar banget dan untungnya aku mengisi botol minum sebelum pergi, jadi aku duduk di tangga sambil makan ayam yang tadi aku beli. Berharap temanku segera membalas whatsapp ku dan datang kesini, tapi kayanya hp doi ga aktif. Aku cuma bisa pasrah, sambil ngelanjutin makan.

Setelah makan aku coba lagi membuka pintu, tapi tetap ga bisa. Kemudian ada ibu-ibu yang mau masuk ke lift, terus aku minta tolong aja sama dia, udah kebayang dong bahasa inggris vs bahasa turki, yang bikin saling paham justru bahasa isyaratnya. Tapi dia juga udah capek bantuin dorong pintu dan kuncinya malah nyangkut. Akhirnya dia nyerah dan pergi. Setelah 1,5 jam aku cuma duduk di tangga sambil coba buka pintu lagi berkali-kali. Hp ku udah mati dari sebelum makan, untungnya setelah 40 menit, listriknya nyala lagi. Ada anak laki-laki yang masuk, mungkin dia masih SMA kali ya, terus aku minta tolong dia buat buka pintu, dia ngerti-ngerti aja kayanya dengan maksud aku yang nunjuk-nunjuk pintu. Setelah hampir 10 menit, pintu akhirnya terbuka. Kalian tau betapa bersyukurnya aku waktu itu? Berasa pengen aku salim dan cium tangan sama tu anak. Hari pertama, energi ku tandas setandas tandasnya. Padahal itu masih jam 5 sore, tapi tubuhku udah sempoyongan. Setelah beres-beres dan mandi, aku cek jadwal sholat maghrib ternyata jam 20.30, masih lama tapi mata udah ga kuat. Selesai sholat, aku langsung tidur dan bangun di jam 9 pagi keesokan harinya.

Seminggu di awal, kerjaan aku disini cuma di rumah doang, sesekali ke market di sekitar rumah buat belanja. Masih takut buat naik transportasi umum, karena masalah utamanya adalah bahasa, kan susah kalau mau nanya atau nyasar. Beberapa hari cuma keluar buat ngurus administrasi ke kampus dan ke kantor asuransi, itu juga rute transportnya diajarin teman aku, dan dia nungguin di halte buat ketemuan. Selain dari itu, aku cuma di rumah.

You know? Istanbul is the huge city, Bro! Walaupun udah tau sih sebelumnya, tapi aku baru bener-bener realize seberapa besar kota ini. Orang sering bilang kalau Istanbul terletak di dua benua, Eropa dan Asia. Nah, aku tinggal di bagian Eropa, yaelah gaya banget ya, hahaha. Beberapa teman yang baru aku kenal belakangan ini suka nanya, "Kamu tinggal di Asia atau Eropa?" Pffttt (nahan ketawa sambil nutup mulut). Obrolan sejenis ini masih bikin aku amazed, maklum ga pernah sebelumnya ye kan, hahaha.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Tokyo in Love

Instagram Ads: Reach More Your Specific Audience