Posts

Showing posts from 2017

Batu Caves dan Vincci (Travel Journey - Day 4)

Image
Hai.. Hai.. Hai.. Selamat datang di tulisan ini. Ini udah hari ke 4 ternyata, huaaaa waktu bejalan terlalu cepat. Rencana hari ini adalah ke Batu Caves. Transportasi termurah adalah dengan kereta. FYI, selama aku hidup kayanya ini adalah pengalaman pertama Ku naik kereta (Jangan ketawa!!!). Stasiun terdekat dan terbesar adalah KL Sentral, mau ga mau kami harus pakai Grab lagi buat kesana. Ga kuat jalan kaki shay, apalagi hari ini adikku malah gantian demam (numpang sakit di negara orang). Ongkos Grab cuma RM7 (jauh banget dari harga taxi tempo hari yang sampe RM25 T.T). Begitu nyampe di KL Sentral, ternyata stasiun ini gedeeee buanget dan bagus banget. Si emak malah ngira ini bandara, sampe nanya ada pesawatnya gak disini? (Duuuhh maaaak). Kami ga berani langsung masuk, takut malah nyasar dan bingung di dalam, akhirnya nyamperin satpam dan nanya cara beli tiket buat ke Batu Caves. Om satpamnya nunjukin pintu masuk dan nyuruh buat turun 1 level (maksudnya 1 lantai).

Pasar Karat, Bukit Nanas, KL Tower, Masjid India (Travel Journey - Day 3)

Image
Halo!! Selamat malam masih dari Kuala Lumpur! Rute hari ini masih ngikutin mood , tergantung maunya kemana dan butuhnya apa. Berhubung ini hari Minggu, aku teringat ada pasar tempat menjual barang-barang bekas. Namanya Pasar Karat. Aku pernah membaca beberapa saran traveller  buat mampir kesini kalau lagi nyari barang-barang antik. Berhubung belum punya tujuan jelas, pagi-pagi aku langsung ngacir kesini dengan Grab, ongkosnya RM5. Lagi-lagi pakai Grab, karena lokasi tempatku menginap tidak strategis dengan halte bus atapun stasiun kereta, sebenarnya dekat, hanya saja jalanan disini bentuknya berputar-putar dan tidak bisa sembarangan menyebrang. Kesan pertama ketika aku sampai di Pasar Karat adalah “ kayak Pasar Kaget ”. Pasar Karat ini berada di dekat Jalan Petaling, hanya berupa lorong yang dipenuhi penjual di kiri-kanan jalan. Barang-barang yang dijual disini bermacam-macam, mulai dari elektronik, pernak-pernik hp, gadget, pakaian, alas kaki, aksesoris, perabot rumah tangga,

Petronas Twin Tower dan Bukit Bintang (Travel Journey - Day 2)

Image
Kapal oleng kapten!!! Bangun tidur kondisi kesehatanku menurun. Batuk yang bersarang sejak dari Indonesia semakin parah, demam, muntah-muntah, masuk angin. Menjelang siang jadilah aku hanya beristirahat di rumah. Tidur, makan, tidur lagi, makan lagi. Setelah zuhur, aku mulai merasa lebih baik, ditambah dengan ceramah panjang dari teman-teman ku yang “ ngapain jauh-jauh kesana kalau cuma buat tidur? ” sedikit benar, akhirnya aku mandi dan bersiap-siap untuk keluar. Padahal leyeh-leyeh seharian pun aku betah Si emak dan si adek udah minggat dari pagi buat keliling kota, tinggallah aku sendiri. Ternyata, udah ada beberapa foto ini di kamera, bukti bahwa si emak emang gak mau menyia-nyiakan waktunya disini. Gilee beneeerrr buk ibuk -.- Bahkan sampai pulang pun, aku ga pernah masuk ke Gym Room -.- Sebenarnya destinasi hari ini udah ada, tapi karena sakit malah jadi berantakan. Jadi, aku berkeliling sesuai mood aja. Aku memutuskan untuk ke KLCC dengan Grab, h

First Impression tentang Kuala Lumpur (Travel Journey-Day 1)

Image
Tulisan ini udh dibuat lama banget, tepatnya selama perjalanan ku ke Kuala Lumpur pada 20-26 Oktober 2017 silam, karena satu dan lain hal, tulisan ini baru sempat launching sekarang. Semoga informatif ^^ Hola !!! Selamat malam dari Kuala Lumpur! What a great journey to share. Lima hari ke depan, aku bakalan berada disini. Ngapain? Mengeksplor apapun yang bisa dieksplor, nge-recharge diri yang udah lowbatt parah, dan belajar apapun yang bisa dipelajari. Sebelumnya aku mau ngucapin, “ Selamat datang di catatan perjalanan ini, semoga menyenangkan! Se-menyenangkan aku yang menggebu-gebu untuk kesini ” Aku flight pukul 11:05 WIB (tercatat di travel itinerary , tetapi faktanya pesawat baru berangkat pukul 11:30 WIB) menggunakan Air Asia (terimakasih untuk maskapai tercinta ini yang memberikan harga ter-murah seumur perjalananku naik pesawat). Btw, aku dapat kursi nomor 1D, jadi duduknya paling depan banget. Biasanya aku selalu kebagian duduk di belakang dan di tengah, teru

Rasanya Jadi Pemuncak

Halo readers !! Sebelumnya terimakasih kalau kalian udah membuka halaman ini, apalagi sampai membaca tulisan yang tidak begitu berfaedah ini, terimakasih banyak ^^ Kalau kalian ngikutin aku di instagram mungkin udah tau dengan postingan beberapa waktu lalu yang ada foto aku pake jubah hitam dan topi segilima hitam. Yaps, foto wisuda maksudnya, bahkan aku mengganti foto profil yang sudah seabad itu dengan foto baru yang menurutku lebih memorable . Hari ini ternyata sudah seminggu berlalu semenjak wisuda. Sesuai dengan judul tulisan ini, aku mau berbagi tentang perasaan dan pengalaman (yang tidak terlalu penting ini) sebagai pemuncak di kampus. FYI, IPK ku ketika lulus itu 3.83, cuma segitu? Iya, aku aja bingung kenapa bisa jadi pemuncak. Ini mahasiswa lain kemana sih kok nilainya gak pada nyampe segitu? Dimakan kali ya pas lapar ngerjain skripsi tengah malam. Oke, balik ke topik tulisan ini. Berhubung aku terciduk sebagai pemuncak, banyak banget yang ngasi selamat (tapi

Bukan Drama Korea!

Beberapa waktu lalu ada yang pernah bilang "Juny mah gak suka drama Korea, jadi waktunya gak abis buat nonton" dan ada juga yang nanya "Kamu gak suka drakor? Kok kayaknya gak pernah kelihatan nonton drama?" Apa keseharianku semembosankan dan semonoton itu ya sampai ada yang bilang begitu? Kalau boleh jujur, aku itu suka banget banget nonton (salah satu hobi yang gak ribet), terutama drama Korea, bahkan efek "drama sick" -nya aja bisa berhari-hari. Nonton drama bisa buat aku tahan begadang sampai pagi atau melupakan sarapan dan telat makan siang, bahkan aku bisa meng- cancel janji cuma buat ngabisin episode berikutnya yang buat penasaran abis. Masa iya sih? Iya, dulu aku pernah begitu. Makin kesini, aku mulai jarang banget nonton drama (kalau film sih sesekali di saat free ), mungkin efek skripsi kali ya? Menurut aku, drama Korea itu racun banget, dosisnya tinggi, kalau gak pintar-pintar ngontrol diri, sudahlah, ' lewat '. Aku tipe yang susah me

What is your future plan?

Emang dasarnya manusia, selalu aja ada tuntutan dari lingkungan. Kalau kemarin-kemarin aku sering ditanyain 'Udah sampe mana skripsi?' 'Kapan wisuda?' 'Kuliahnya kapan kelar?' yang intinya orang-orang nuntut aku buat segera jadi sarjana, lain lagi dengan sekarang, kebanyakan orang nanya 'kamu mau ngapain lagi setelah ini?'. Pertanyaan itu sebenarnya bikin aku jadi serba salah. Kalau dijawab, bakalan melahirkan anak-anak pertanyaan dan komentar yang bejibun, nah kalau gak dijawab, bakalan dikira gak punya tujuan hidup sehingga akan semakin banyaklah wejangan yang meluncur. Apa gak ada yang nanyain gimana pengalaman aku nulis skripsi atau kesannya setelah selesai S1 atau ngapain aja sih aku selama kuliah? Terlepas dari orang-orang di kampus, gak ada yang peduli tuh selama 4 tahun aku mau jadi anak berbudi pekerti mulia, anak teladan, tukang copy paste, tukang nyontek, atau justru cuma ngehamburin duit orang tua. Poin penting bagi mereka, aku udah sarja

Behind the Scene Sebuah Skripsi

Setelah kebut-kebutan ngejar deadline pendaftaran wisuda, hari ini baru sempat bikin tulisan “hore” karena akhirnya si Juny lulus juga. Aku baru banget beres munaqasyah (a.k.a sidang skripsi), 19 Juli 2017 lalu, di ujung tanduk semester 8. Alhamdulillah, duit SPP semester 9 bisa dipake jajan :D Tapi serius, dua minggu belakangan adalah 2 minggu terpanjang dan paling sibuk yang pernah aku alami. Rasanya, tiap jam dalam sehari itu berarti banget buat ngurusin segala macam surat-menyurat atau apapun yang terkait dengan birokrasi. Ini mau cabut dari kampus aja ribet banget, yang mesti diurus bejibun dan lumayan bikin geregetan. Sedikit cerita, aku mulai ngerjain skripsi itu sejak September 2016, selesai KKN langsung dapat pembimbing. Kemudian sempat aku tinggalin sampai awal Desember, karena waktu itu ada 2 deadline proyek riset lain yang aku kerjain bareng teman-teman. Ditambah lagi, aku PPL di pertengahan Oktober sampai November. Jadi, fokus nulis dan bimbingannya itu baru di Janu

The Lost Relationship

Ada banyak orang-orang berharga yang pernah menghabiskan waktu dan membuat kenangan bersama kita. Ada yang menyebutnya sahabat, teman dekat, dan ada pula yang menyebutnya bagian dari keluarga. Lalu akhirnya, tiap-tiap mereka yang dulu 'dekat', sekarang menjadi tidak terlalu dekat, sekedar ingat pada momentum tertentu, bahkan ada yang tak lagi bertukar kabar hingga lupa dengan orang itu. Mungkin kita pernah menjadi salah satu di antaranya, atau justru keduanya sebagai subjek sekaligus objek. Terlebih lagi saat jarak mulai bermunculan hingga perlahan semakin jauh. Sebagian dari kita tentu pernah merasakan emosi yang muncul saat itu. Ada perasaan sedih dan sakit karena merasa ditinggalkan serta  dilupakan. Lalu siapa yang bersalah? Sebenarnya tak ada yang salah, kalaupun ada, maka keduanya bersalah. Dalam hal ini, siapa yang seharusnya mempertahankan hubungan itu? Jelas saja keduanya perlu sama-sama berusaha Kalau salah satu merasa: "Kok aku terus yang menghubun