Pasar Karat, Bukit Nanas, KL Tower, Masjid India (Travel Journey - Day 3)

Halo!! Selamat malam masih dari Kuala Lumpur!
Rute hari ini masih ngikutin mood, tergantung maunya kemana dan butuhnya apa. Berhubung ini hari Minggu, aku teringat ada pasar tempat menjual barang-barang bekas. Namanya Pasar Karat. Aku pernah membaca beberapa saran traveller buat mampir kesini kalau lagi nyari barang-barang antik. Berhubung belum punya tujuan jelas, pagi-pagi aku langsung ngacir kesini dengan Grab, ongkosnya RM5. Lagi-lagi pakai Grab, karena lokasi tempatku menginap tidak strategis dengan halte bus atapun stasiun kereta, sebenarnya dekat, hanya saja jalanan disini bentuknya berputar-putar dan tidak bisa sembarangan menyebrang.
Kesan pertama ketika aku sampai di Pasar Karat adalah “kayak Pasar Kaget”. Pasar Karat ini berada di dekat Jalan Petaling, hanya berupa lorong yang dipenuhi penjual di kiri-kanan jalan. Barang-barang yang dijual disini bermacam-macam, mulai dari elektronik, pernak-pernik hp, gadget, pakaian, alas kaki, aksesoris, perabot rumah tangga, buku, tas, koper, uang kuno, kosmetik, jam, bahkan makanan dan minuman, baik yang baru maupun bekas, tapi makanan dan minuman tidak ada yang bekas. Setelah jalan dari ujung ke ujung, lihat-lihat satu dua barang, pura-pura nanya harga, terus pasang senyum dan pergi, ambil beberapa foto, akupun meninggalkan hiruk-pikuk itu menuju stasiun bus GO-KL di Pasar Seni.

Aku naik bus yang purple line untuk ke Chow Kit, tapi di tengah jalan malah turun di halte yang salah. Jadi harus nunggu GO-KL yang purple line lainnya selama 5 menit. Nah, buat yang mau menggunakan transportasi ini keliling kota ga perlu khawatir salah halte, beberapa bus dilengkapi dengan LCD yang menunjukkan lokasi halte berikutnya, dan kalaupun turun di halte yang salah, selang beberapa menit kemudian akan ada GO-KL yang datang. Kemudian aku turun di Starhill Gallery dan naik bus yang blue line buat ke Chow Kit.
Bus nya nyaman, full AC dan WiFi kencang 💙💙💙
Aku ke Chow Kit karena permintaan si emak buat beliin minyak goreng dan sayur untuk masak. Chow Kit Market itu mirip banget sama pasar Indonesia, mulai dari barang yang dijual sampai wajah-wajah penjualnya juga. Hanya beberapa orang pedagang yang sepertinya orang India. Selesai belanja, aku pulang dengan Grab, RM4. Kali ini aku diantar sama driver kakak cantik dan ramah, duuuh kaaak.. beruntungnya penumpangmu. Berdasarkan pengalamanku beberapa kali pakai Grab disini, mobil yang dipake keren-keren banget, apalagi kalau drivernya kakak cantik atau abang ganteng wkwk.

Menjelang zuhur aku cuma tidur-tiduran, nulis, dan makan. Sorenya, aku melipir ke Taman Eco Rimba di Bukit Nanas. Hutan Simpan (kalo kita bilangnya Hutan Lindung kali ya) Bukit Nanas ini seru banget buat wisata edukasi dan lokasi kemping. Ga ada biaya masuk, terbuka untuk umum. Galeri edukasinya keren dan canggih, dan itu bisa dinikmati secara gratis


Track yang paling seru itu sebenarnya jalan di jembatan gantung yang cukup tinggi, naik tangganya aja ngos-ngosan. Jembatan ini panjaaaang banget, dan bertingkat, kalau ga salah ada 3 tingkat, soalnya 3x naik tangga. Setelah ngelewatin track di taman ini dengan penuh foto dan kelebayan diterpa hujan, aku baru tau kalau ternyata ujung dari track ini langsung memasuki lokasi KL Tower.






Padahal tadi rencananya bakalan naik Grab lagi buat ke KL Tower, eh ternyata ada surprise, lol. Sore ini di KL Tower rame baaaanget, entah setiap hari juga seramai ini atau tidak. Sepanjang yang aku lihat, setiap bus yang baru terparkir langsung memuntahkan orang-orang India. Bus berikutnya, orang India lagi, lagi, dan lagi. Mungkin saja karena bertepatan dengan perayaan Deepavali, jadi mereka sekalian merayakannya disini. 
Itu orang India semua, kecuali si Emak wkwk
Aku sebenarnya pengeeeen banget naik ke atas, buat foto di Sky Box (ruangan full kaca yang digantung pada bagian luarnya puncak menara, instagramable banget) yang bikin mupeng itu. Lagi-lagi, itu bukan wahana yang cocok buat kantong aku. Gileeee boookk, tiket naiknya sekitar RM100, bikin nangis.

Setelah maghrib, kita pengen foto-foto ke tempat India yang bagus banget buat foto itu loh (tapi lupa namanya entah Little India atau Mesjid India), waktu awal datang ke KL, kami ngelewatin itu di perjalanan ke apartment. Nah, driver Grab nanyain ke kita, mau belanja dan makan atau cuma liat-liat aja? Kita jawabnya sekalian belanja dan makan dong. Jadi dia menyarankan buat ke Mesjid India, karena disana mayoritas Muslim. Kalau di Little India, itu emang kawasan orang-orang India yang bukan Muslim. Akhirnya, kita diantar ke Mesjid India. Alhasil? Zonk! Boro-boro mau foto, Kita ga nemu spot yang kita cari, ternyata tempat instagramable yang kita lihat tempo hari itu adalah Little India.

Aku ga tau kenapa disebut Mesjid India, karena dari yang terlihat wilayah ini lebih seperti tempat berbelanja, dipenuhi oleh toko-toko dan pedagang kaki lima. Oh ya, Mesjid Indianya ada di sudut jalan dan memang ada banyak orang India di tempat ini, mereka mayoritas Muslim. Driver Grab yang mengantarku dari KL Tower tadi menjelaskan bahwa Little India itu pure berisi segala hal tentang India, mulai dari barang-barang yang dijual, makanan, hingga penjualnya, sedangkan Mesjid India ini kebanyakan orang India yang muslim dan barang-barang yang dijual disini sama seperti pasar biasa, walaupun toko-toko yang menjual pakaian dan perlengkapan India juga banyak.

Finally, setelah lelah berkeliling Mesjid India, niatnya pengen beli ini-itu, tapi yang dibawa pulang cuma seplastik bakso dan sosis tusuk. Ga ada hal spesial dan terlalu menarik disini.

Besok bakalan ke Batu Caves, yasss!

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Tokyo in Love

Instagram Ads: Reach More Your Specific Audience