She said "Selamat Hari Raya"


Ini malam ke-29 Ramadan. Sebentar lagi. Setelah ngobrol sama mahasiswa Indonesia yang lagi itikaf, baru tau kalau besok lebaran. Bukannya Rabu? Besok masih Selasa. I haven't been ready yet. It's mean, today is the last Ramadan. I'm not ready yet to move out from this holy month. I need a little bit longer. 

Subuh kali ini aku akan menunggu jadwal berjamaah di mesjid. Bukan seperti biasa yang aku udah duluan berjamaah dengan mahasiswa Indo lain setelah azan. Iya, disini setelah azan subuh tidak langsung sholat, melainkan tadarus dulu sekitar sejam. Aku mengejar bacaan Quran ku yg masih banyak. Tidak, ini hari terakhir. Tak mungkin. Aku masih tak bisa terima jika besok Idul Fitri. 

Rasanya jeda waktu setelah azan subuh hari ini tak begitu lama. Tak ada tadarus Alquran. Pantas saja setelah qiyamul lail tadi, doa yang dipanjatkan imam begitu panjang, bahkan jamaah sampai menangis sedih. Aku justru tak paham sama sekali dengan doa berbahasa Turki itu. Terlalu panjang hingga aku berhenti mengangkat tangan di setengah doa, dan beralih membaca Quran. Kemudian di akhir, aku ikutan doa lagi. 

Iqomah dikumandangkan. Aku mengambil saf ke depan, bergabung dengan jamaah perempuan lain. Saat aku sudah berada di posisi ku, kepalaku berbalik melihat mahasiswa Indonesia lain yang juga berjalan mengambil saf. Juga jamaah lainnya. Tapi ada sesosok perempuan yang berjalan terburu-buru dan tiba-tiba saja langsung nyelip di sebelah ku. Oke, aku tau memang ada sedikit ruang di sisi kanan ku, tapi itu tak cukup untuk tempat satu orang. Akhirnya aku merasa tergencet. Aku sudah mundur untuk mengambil saf belakang, tapi wanita itu manahanku dan memintaku tetap di tempat. Baiklah, aku tak bisa menolaknya. 

Setelah sholat berjamaah dan doa selesai, aku beranjak untuk keluar dari saf karena kesempitan. Lalu kemudian wanita itu manahanku lagi, dan merangkul ku. Dia tersenyum dan mengulurkan tangan sambil berkata 'Selamat Hari Raya' dengan senyum manisnya. I just stared at her for a moment and run my mind to understand what she said. Hey, it's Bahasa. Did she speak Bahasa to me? It was so clear. Aku tak sempat bertanya. 

Aku bahkan tersadar bahwa dia cantik sekali saat itu. Tidak, ini bukan stereotype cantik dengan kulit putih, rambut lurus, dan langsing versi orang Indonesia. Tapi wanita ini bersahaja. Aku hanya bisa spontan menjawab 'terimakasih' sambil menjabat tangannya dan balas tersenyum. Lalu dia langsung beranjak dan pergi. Itu kejadian sepersekian menit yang membuatku sungguh merasa berharga terhadap diriku sendiri. Entah siapa dia. Bahkan utk menanyakan asal dan namanya saja aku tak ingat.

Dia seolah mentransfer energi positif padaku. Selesai sholat, kantuk ku benar-benar hilang. 

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Tokyo in Love

Instagram Ads: Reach More Your Specific Audience