Kamu Harus Akui Jika Sulit

Entah sejak kapan aku selalu memegang kendali penuh pada pikiran ini. I try to control how to think about every single thing, so I can manage my self better because I know how and why something happen to me. It's a habbit and unconditional process yang sekarang aku miliki. Banyak dari kita yang percaya bahwa kerja pikiran akan mempengaruhi sistem kerja fisik atau jasmani. I have to agree with you guys, karena aku melakukan itu sejak lama. Sometimes, kita bisa tiba-tiba lupa kalau semua hal diciptakan dengan fungsinya masing-masing dan dapat menjadi lebih penting pada satu waktu tertentu. I remember when I did my solo trip to Singapore, it's such a crazy thing that I've ever though, of course when I went to Kuala Lumpur too. Jadi menjelang keberangkatan, yang aku lakukan selama berhari-hari adalah meyakinkan pikiranku bahwa everything will be okay, my journey will be nice, and my trip will be awesome. Finally, I did it

Aku menolak untuk sedih dan menerima setiap ungkapan perpisahan yang super drama ketika akan berangkat ke Istanbul. Seriously, I've told about this to my close friends and they didn't believe in me. Tapi, aku masih melakukan itu hingga hari-hari terakhir menjelang keberangkatan. Apa yang terjadi? Aku mengalami psikosomatis pada H-1 menjelang berangkat. Aku merasa sakit (demam, kurang enak badan, mules, atau apapunlah itu sebutannya), hingga tiba-tiba aku menjadi takut dan murung. Kegelapan seolah menghampiriku dan menunjukkan bahwa rasa takut itu menyeramkan, aku akan sendiri, semua hal buruk akan sangat mungkin terjadi, dan tak ada siapapun yang dapat dipercaya. Benar-benar menakutkan, namun aku kembali pada kendaliku, berusaha menata pikiranku sebaik mungkin. It works!

Hati dan pikiran tidak diciptakan untuk saling mendominasi, aku belajar untuk mempercayai itu sekarang. Tak ada yang harus memegang kontrol terhadap apa pada setiap waktu. No one can handle this anytime. Aku yakin keduanya adalah anugerah yang harusnya bekerja selaras untuk memberikan harmoni kehidupan yang menyenangkan, bukan hanya baik, tapi mengagumkan untuk benar-benar dinikmati. Obrolan panjangku dengan seorang manusia baik hati, memberi banyak pelajaran bagaimana aku perlu memperjelas kerja pikiran yang sebenarnya. When I said, "Aku selalu berusaha untuk memikirkan bahwa ini menarik dan menyenangkan, ini akan menjadi mudah untuk ku lakukan, tapi aku tetap harus belajar ekstra agar dapat membuatnya menjadi menyenangkan. Perilaku ku tak seperti orang yang menganggap hal ini mudah dan menyenangkan."

Then, my friend gave me the answer, "You know, you have to admit that it's hard for you. Ketika kamu berpikir hal itu mudah namun faktanya kamu justru kesulitan, pikiran, hati, dan tubuh kamu tak bekerja seimbang. Kamu berpikir itu akan mudah dan memang harus mudah, tetapi hati kamu justru sedih dan mengutuk kenapa yang terjadi tak sesuai dengan yang kamu pikirkan, lalu tubuh kamu menjadi sangat lelah karena dipaksa bekerja lebih keras dari yang kamu perkirakan. Akui sajalah jika itu sulit."

Masih dengan jawaban doi, "Tau kenapa kamu perlu mengakuinya? Agar kamu tau medan yang akan dihadapi dan seberapa besar amunisi yang harus kamu persiapkan. Ketika kamu mengakui bahwa yang akan kamu hadapi itu sulit, maka itu adalah sesuatu yang sulit (bukan berarti itu akan menjadi sulit, namun faktanya itu memang sulit, I hope you can understand this). Ketika pikiranmu tau bahwa itu sulit, maka kamu bisa memperkirakan seberapa keras usaha yang perlu kamu keluarkan nantinya, seberapa banyak persiapan kamu untuk memulainya, dan seberapa besar toleransi yang perlu kamu buat terhadap kemampuanmu sekarang. Hingga akhirnya, kamu tak akan kecewa dan mengutuk diri sendiri atas apa yang mungkin terjadi nanti."

Jika saja orang ini berbicara dihadapanku, maka ingin sekali aku memeluknya, berterimakasih karena mengajarkan hal berarti yang perlu ku ulang-ulang seumur hidup. The End. Sudah itu saja yang ingin ku bagi. Karena dari orang lain, ada sebuah nilai yang bisa kita pelajari, entah itu nilai positif atau negatif, tapi kita bisa menggunakannya untuk menjadi lebih baik.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Tokyo in Love

Instagram Ads: Reach More Your Specific Audience