Resensi I am You



  • Judul : I am You, It Started with the rings
  • Penulis : Ty Sakumoto
  • Editor : Fanti Gemala
  • Penerbit : Grasindo
  • Cetakan : Pertama, Maret 2014 
  • Tebal : v + 218 halaman
  • ISBN : 978 - 602 - 251 - 456 - 5

Ini adalah novel ke-5 Ty Sakumoto setelah Idolsitter, My Perfect Sunset, My Beautiful Sunrise, dan Wendy’s Wishes sukses masuk ke dalam jajaran buku-buku bestseller di toko buku. Ty Sakumoto, atau di beberapa karyanya lebih akrab dengan nama pena Kyria, selalu berusaha untuk mengeksplorasi dunia imajinasinya ini dengan menulis beragam genre novel roman, dan “I am You” adalah salah satu dari fantasinya yang telah bisa dinikmati pembaca.

Kisah Makino Hoshiko, gadis penyanyi kafe bersuara emas dengan Shirota Mamoru, seorang CEO ternama di dunia hiburan Jepang dibuat sangat complicated oleh penulis. Mamoru yang sungguh-sungguh ingin mencari bakat-bakat baru untuk diterbitkan menjadi artis perusahaannya tanpa sengaja menemukan Hoshiko sebagai berlian yang akan menaikkan nama perusahaannya. Siapa sangka gadis penyanyi kafe yang sudah sangat antusias dengan tawaran sang produser untuk melakukan rekaman, dengan tiba-tiba membatalkan niatnya dan berbalik membenci perusahaan rekaman tersebut karena sebuah masa lalu yang menyakitkan.
Sebuah kekaguman dengan bakat Hoshiko, justru membuat Mamoru tak hanya sekedar ingin mendapatkan gadis itu sebagai artis untuk mengangkat nama perusahaannya, tetapi juga sebagai pelengkap bagi hatinya yang tak pernah diisi oleh siapapun. Semua harapan Mamoru harus ia telan mentah-mentah karena gadis yang ia cintai justru sangat-sangat membenci dirinya.

Rindu? Ia merindukan seseorang? Shirota Mamoru merindukan seseorang? Jatuh cinta? Tidak mungkin! Tetapi, sepertinya itulah jawaban dari semua ini.

Seorang Mamoru yang dingin, tegas, berwibawa, berkharisma, dengan mata hazel dan postur tubuh yang sungguh sempurna jatuh cinta kepada Hoshiko yang hanya gadis pengurus panti asuhan, sederhana dan lugu dengan penampilan yang sangat biasa namun memiliki suara yang luar biasa. Apapun dilakukan Mamoru untuk mendapatkan Hoshiko, walaupun tak sebagai kekasihnya tetapi hanya sekedar menjadi artis perusahaannya untuk mengulur waktu perjodohan yang dibuat ayahnya dengan gadis yang tak ia sukai sama sekali.

Aku adalah Kau, dan Kau adalah Aku. Melihatmu, seperti melihat diriku, tapi bukan aku.

Kisah Mamoru dan Hoshiko justru baru dimulai saat pembaca sudah menghabiskan seperempat dari novel ini. Hal yang tidak disangka dan benar-benar aneh terjadi antara keduanya. Magic atau mistik? Entahlah. Yang jelas Mamoru dan Hoshiko harus mempercayai apa yang mereka alami. Berawal dari sepasang cincin yang diberikan peramal aneh bin nyentrik yang mereka temui pada festival Mitama-matsuri, hidup keduanya berubah. Benar-benar berubah, dan kacau.

Ty Sakumoto benar-benar membawa pembaca dalam kehidupan tokoh-tokohnya. Bagaimana keduanya mencoba beradaptasi dengan keadaan masing-masing, pertengkaran-pertengkaran kecil yang sangat menggelikan, kehebohan-kehebohan yang selalu ada antara mereka, juga kegelisahan dan kekhawatiran mereka yang membuat pembaca ikut hanyut mengalir bersama alur kisah ini. Tema novel ini unik dan menarik, menggambarkan sedikit tentang cara imajinasi Ty Sakumoto yang selalu unik dan berbeda. Kita tidak tau apa yang ada dibalik lembaran selanjutnya, walaupun pembaca mampu menebak, tapi Ty Sakumoto menghadirkan hal yang berbeda untuk pembaca. Surprise! Begitulah cara Ty menyampaikan cerita-ceritanya kepada pembaca. Penuh kejutan.

“Tidak mungkin! Aku tahu pasti bahwa Makino sangat enggan berhubungan dengan Senritsu, terutama dengan Shirota Mamoru!”
“Yang pasti, keduanya baik-baik saja. Aku jamin itu. Mereka hanya... sedang terlibat dalam proyek rahasia. Dan, kurasa mereka cukup serius mengerjakannya,”

Keadaan Mamoru dan Hoshiko tidaklah mudah. Mereka harus bersembunyi dari semua orang agar tidak ada yang mengetahui keadaan mereka. Disisi lain, keduanya justru membuat sebuah hubungan yang baru dalam dunia yang hanya mereka berdua yang mengerti. Kebersamaan mereka membuat Mamoru semakin membenci keadaan dirinya sendiri yang tak pernah mampu lebih dari sekedar berbohong. Berbohong pada diri sendiri. Harinya tak terasa melelahkan lagi seperti dulu, hidupnya tak lagi hampa seperti dulu, dan dirinya pun tak lagi tenang dan angkuh seperti dulu, semua itu karena kepolosan Hoshiko yang selalu membuatnya bisa merasa lebih nyaman dan bebas. Mamoru semakin terjerat dengan rasa cintanya kepada Hoshiko, sementara gadis itu tak menyimpan rasa suka pun kepada Mamoru.
“Mungkin aku tidak bisa membantumu, tetapi kau bisa bercerita padaku. Bukankah saat ini kita memang hanya memiliki satu sama lain?”

Keahlian Ty Sakumoto dalam mengguncang emosi pembaca memang selalu berhasil. Dimana ia membuat tokoh-tokohnya berada dalam kegundahan yang juga membawa pembacanya merasakan gundah yang sama. Konflik-konflik yang muncul begitu indah dan membuat pembaca tak menyadarinya, melainkan merasakannya.

“Aku, jika melihat Shirota-san, maksudku, tubuhku... pergi menjauh, rasanya kesepian sekali”

Ungkapan polos itu keluar begitu saja dari mulut Hoshiko. Apakah itu sebuah pengakuan suka atau sekedar ungkapan kebingungan dirinya, yang pasti Mamoru dan pembaca bisa jadi memiliki pikiran yang sama, tetapi tidak bagi seorang Hoshiko. Ty Sakumoto sangat suka bermain perasaan. Disatu titik, ia akan mengagungkan rasa cinta, namun pada titik yang lain ia akan menjatuhkan dan meluluhlantakkan rasa cinta itu dengan imajinasinya.

Saat semuanya sudah mampu berjalan dengan baik, maka Ty Sakumoto tak pernah lupa untuk membumbui konflik pada bagian conclusion setiap novelnya. Hoshiko mulai digoyahkan dengan perasaannya terhadap Mamoru, sedangkan Mamoru justru tak berani mengakui perasaannya  sendiri.  Hubungan keduanya yang sudah bisa menerima satu sama lain haruskah dipisahkan dengan sebuah tujuan awal mereka untuk menyembunyikan diri? Dan ya. Itulah jawaban penulis dengan singkat dan mengakhiri novel ini, yang juga menjadi konflik bagi pembaca sendiri dengan emosinya.

Saat manusia telah nyaman dan terbiasa dengan keadaan dirinya, ada keharusan yang membuat mereka berada pada tempat selayaknya. Manusia tidak tau apa yang akan terjadi dimasa depan, tetapi yang pasti, sebuah pilihan harus diambil.

Ty Sakumoto seolah memancing emosi-emosi dan perasaan pembaca pada bab-bab akhir. Namun, ketika emosi itu siap untuk dikeluarkan pada halaman terakhir, tiba-tiba ia menghentikan waktu, untuk melanjutkan perjalanan kisah ini pada sekuel I am You yang akan terbit. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Tokyo in Love

Instagram Ads: Reach More Your Specific Audience