Resensi Idolsitter
Oleh:
Juny Zalisa
·
Judul : Idolsitter
·
Penulis : Ty Sakumoto
·
Genre : Adult romance
·
Penyunting : Fatimah Azzahrah
·
Penerbit : Eazy Book
·
Cetakan : pertama, 2012
·
Tebal : 192 halaman; 13 x 19 cm
·
ISBN (13) : 978-602-19746--4
Idolsitter merupakan novel pertamanya yang berhasil menembus ke
pasaran. Ty Sakumoto, begitulah nama pena yang digunakan pengarang, berani
mengambil setting di kota Tokyo, Jepang. Seakan ia berada di tempat
tersebut, pendeskripsian tempat yang ia gunakan begitu teratur dan tidak
membuat pembaca bingung.
Dimulai dengan seorang gadis 20 tahun, Eikura Mika, yang mendapat
panggilan kerja setelah ia memasukkan lamarannya sebagai babysitter beberapa
minggu sebelumnya. Ia sangat bersyukur ketika ia akan mendapat bayaran 4 kali
lipat dari gaji sebelumnya, apalagi keadaan perekonomiannya memang dalam
keadaan kritis. Saat Ei dipertemukan dengan calon anak asuhnya, tentu saja ia
kaget dengan apa yang harus dihadapinya.
“Tapi aku bukan bayi...!”
“Tapi dia bukan bayi...!”
Teriakan kaget spontan keluar bersamaan dari mulut keduanya. Ei tak
menyangka bahwa ia harus menjadi babysitter seorang Takeda Tatsuya, penyanyi
terkenal yang menjadi idola para gadis. Sikap Tatsuya yang angkuh dan kasar
membuat Ei harus memasang tekadnya lebih bulat dalam menghadapi anak asuhnya.
Ia tak bisa mundur dari perjanjian yang telah ia setujui bersama Risa, manager
sang idola. Tak pernah ada pekerja yang mampu bertahan lama mengahadapi sikap
Tatsuya, untuk itulah Risa memilih seorang babysitter yang menurutnya lebih
berpengalaman menghadapi anak-anak nakal seperti Tatsuya.
Novel ini bertema kisah cinta yang bisa disebut klasik, antara
pekerja dengan majikannya. Alur ceritanya juga tidak jauh berbeda dengan novel
roman lainnya. Tetapi, penggambaran karakter tokoh yang begitu kuat, Ty
Sakumoto mampu menghipnotis pikiran dan perasaan pembaca untuk tidak berhenti
membaca ke lembar berikutnya.
Sikap Tatsuya yang kasar dan angkuh dalam memperlakukan Ei, berhadapan dengan sikap Ei yang juga keras
dan pantang menyerah dalam misinya membuat Tatsuya menjadi lebih baik. Ei
sering dibuat geram dengan tingkah majikannya yang sungguh tampan itu. Tak
jarang Ei dibentak oleh Tatsuya, hingga membuat jantungnya menjadi lemas. Tapi
bukan Ei namanya jika ia tak mampu menaklukkan anak-anak yang tidak ber-attitude seperti itu.
Ty Sakumoto menulis novel ini dengan menciptakan konflik didalam
konflik. Pembaca mungkin menebak bahwa konflik antara Tatsuya dan Ei akan
selesai dengan berjalannya waktu kebersamaan mereka. Hal itu memang tidak
salah, tapi tidak dengan cara penulisan Ty Sakumoto, konflik yang sebenarnya
bukan apa yang terjadi antara Tatsuya dengan Ei, melainkan terjadi didalam diri
sang idola itu sendiri.
Ketika Ei sungguh lelah dan hampir menyerah dengan pekerjaannya,
walaupun Ei yakin ia takkan menyerah, saat itulah Ty Sakumoto memperlihatkan
apa sebenarnya yang melatarbelakangi konflik yang telah dibaca dari awal.
Keadaan seolah seperti benang kusut ketika sebuah fakta terkuak, dan
profesionalitas mempengaruhi popularitas. Keadaan diri Tatsuya yang semakin
kacau ketika ia patah hati karena cintanya ditolak oleh Risa, membuat semua
pihak menjadi ikut merasakan kekacauan dirinya. Saat itulah kesetiaan dan
semangat Ei menjadi angin segar dalam kotak permasalahan yang akan segera
menamatkan karir seorang Tatsuya. Perjuangan Ei yang bukan lagi bekerja untuk
imbalannya, melainkan karena rasa prihatin dan sayang terhadap anak asuhnya
itu, membuat ia melakukan segala cara dalam mengembalikan semangat Tatsuya untuk
menggapai apa yang telah menjadi mimpinya. Ia tidak peduli jika Tatsuya semakin
membencinya, yang jelas dia harus menyadarkan anak asuhnya bahwa betapa
berharga apapun yang ada di sekitarnya selama ini.
Sebagaimana ungkapan mengatakan, “Habis gelap, terbitlah terang” . Pada bagian ini, Ty Sakumoto baru
memberikan bumbu-bumbu cinta pada kedua tokohnya. Bagaimana penyelesaian semua
konflik berakhir dengan baik, dan Ei berhasil mengeluarkan sisi berbeda dari
diri Tatsuya yang selama ini tak pernah dilihatnya. Keduanya merasakan aura
berbeda ketika mereka bersama. Bukan keadaan yang membuatnya berbeda, namun
penerimaan hati satu sama lain yang kini telah bukan hanya sekedar antara anak
asuh dan babysitter.
Ty Sakumoto masih meninggalkan satu konflik kecil yang akan
mengakhiri novel pertamanya ini. Kedua tokoh saling bermasalah dengan dirinya
masing-masing. Tak ada yang berani mengungkapkan perasaan cinta mereka satu
sama lain. Disatu sisi, Tatsuya bingung bagaimana menyampaikan perasaannya
kepada Ei, dan disisi lain, Ei berkutat dengan pikirannya yang merasa tidak
pantas seorang idola seperti Tatsuya menyukai dirinya. Keduanya menekan
perasaan masing-masing, hingga kontrak kerja yang memisahkan kebersamaan
mereka.
Ty Sakumoto memberikan keberanian kepada diri Tatsuya, sebagai
sentuhan terakhirnya, yang membuat pria itu kembali mengejar Ei, dan meraih
cinta yang berhak ia dapatkan, sama seperti sebuah mimpi yang harus ia gapai.
Ei yang telah membuatnya bangkit dan kembali berjuang menggapai impian
besarnya, dan kini orang itulah yang harus ia perjuangkan.
“Kau tidak tau apakah dia mencintaimu, jika kau tidak
mengatakannya.”
Semangat dan kerja keras yang perlu dimiliki oleh setiap orang,
seperti Ei yang mampu bertanggungjawab terhadap apa yang telah ia kerjakan. Mencintai
pekerjaanmu, akan membuatmu bahagia melakukannya. Sebuah pelajaran besar dalam
selipan kecil novel ini, mampu disampaikan dengan baik oleh Ty Sakumoto.
Comments
Post a Comment