Selamat! Aku Bangga!
Dear Indah,
Ku lihat namamu dari deretan nama lain di daftar itu dengan keterangan "LULUS". Aku tau apa artinya. Itulah hasil ujianmu tempo hari yang sungguh mendebarkan dan hasil dari tahun-tahun berat yang telah kau lalui. Hei, aku ingin sekali memeluk mu dengan penuh kebanggan hari ini. Pengumuman kecil yang kau buat sungguh membuatku tak dapat menahan haru. Meski kau tak menyampaikannya langsung padaku, aku tak peduli, tak sedikitpun kebahagiaanku atasmu berkurang. Semua kebanggan itu utuh untukmu.
Lihatlah dirimu! Sekarang kau seorang DOKTER. Sebentar. Astaga! Kau sungguhan seorang dokter sekarang. Anak perempuan manja yang dulu menawarkan duduk sebangku padaku di saat hari pertama kelas sepuluh. Kau sungguh manja hingga masih memenuhi hidupku sampai saat ini. Aku tak pernah lupa bagaimana kau dulu ogah-ogahan belajar di kelas saat mood mu sedang tak baik. Kau murid nakal! Anak perempuan cengeng yang sering menangis entah karena hal apa saja. Anak nakal yang senang melarikan diri dan melibatkanku sebagai alasan. Orang satu-satunya yang memecahkan toples di rumahku ketika Hari Raya. Manusia satu-satunya yang membuat Ibuku menyediakan kue kacang di Hari Raya karena permintaannya. Kau itu cerewet dan amat berisik, terlebih ketika membangunkan ku pagi-pagi. Belum lagi saat kau menceramahi ku tentang apa saja, ingin sekali ku tempeli lakban diseluruh mulutmu. Ini sungguhan. Aku harus menyadarkan diriku bahwa kini kau seorang dokter. Dokter!
Tapi sebenarnya karena kau lah aku jadi lebih sering berpikir dan merefleksikan berbagai hal di hidupku. Lebih-lebih lagi aku tak akan pernah lupa bahwa di atas itu semua, kau adalah orang yang berjuang dengan sangat hebat. Kau adalah orang yang masih bersikap sama terhadap ku, menganggapku sebagai sahabatmu satu-satunya (entahlah, aku pun tak yakin tentang ini). Kau juga yang memperkenalkan aku dengan banyak hal baru, sungguh aku tak akan pernah tau bahwa aku menyukai novel-novel teenlit kalau bukan karenamu. Kau juga orang yang memberiku kesempatan bergabung dengan Aubade SMA pertama kalinya, aku bertaruh bahwa kau tak tau tentang ini. Aku tak tau bagaimana orang lain dengan hidupnya. Tapi aku tau bagaimana kerja kerasmu, kekuatanmu bertahan, jatuh bangunnya dirimu, kegigihanmu, serta kesabaranmu yang akhirnya membuktikannya sendiri hari ini. Setelah begitu banyak air mata, keputus asaan, ketidakpercayaan diri, kegagalan, penyesalan, entah berapa banyak lagi variabel negatif yang harus aku sebutkan, kau tetap saja tiba di titik ini.
Entah ini penantian mu atau justru penantian banyak orang yang menaruh harapan padamu, tetap saja kau hebat. Kau mencapainya! Nah, lagi-lagi kau membuatku kembali berpikir, apakah aku bisa seteguh dirimu? Pertanyaan yang aku pun tak tau jawabannya. Pada titik tertentu, kau justru membuatku mengagumi mu berkali-kali lipat.
Hei, aku ingin sekali memberi mu selamat secara langsung. Tapi sekarang kita sudah begitu jauh, maksudku secara fisik. Butuh sekitar 16 jam penerbangan untuk ku hadir disana, ditambah beberapa hari jet lag yang sungguh mengganggu sistem tubuhku. Baiklah, ku katakan saja disini bahwa aku begitu bangga padamu. Selamat menjadi dokter! Selamat mengabdikan hidupmu! Selamat menyambut petualangan baru! Selamat berproses! Entah berapa banyak variasi selamat yang bisa ku bentuk. Itu hanya refleksi dari betapa bahagianya diriku atas mu. Sungguh!
Sekarang ku panggil kau dokter Indah. Hebat sekali nama itu. Cocok sekali padamu. Namun di atas itu semua, sama seperti bagaimana Ibumu menganggapmu, kau masih gadis cengeng dan cerewet yang selalu ada dalam daftar nama di hidupku.
Ku lihat namamu dari deretan nama lain di daftar itu dengan keterangan "LULUS". Aku tau apa artinya. Itulah hasil ujianmu tempo hari yang sungguh mendebarkan dan hasil dari tahun-tahun berat yang telah kau lalui. Hei, aku ingin sekali memeluk mu dengan penuh kebanggan hari ini. Pengumuman kecil yang kau buat sungguh membuatku tak dapat menahan haru. Meski kau tak menyampaikannya langsung padaku, aku tak peduli, tak sedikitpun kebahagiaanku atasmu berkurang. Semua kebanggan itu utuh untukmu.
Lihatlah dirimu! Sekarang kau seorang DOKTER. Sebentar. Astaga! Kau sungguhan seorang dokter sekarang. Anak perempuan manja yang dulu menawarkan duduk sebangku padaku di saat hari pertama kelas sepuluh. Kau sungguh manja hingga masih memenuhi hidupku sampai saat ini. Aku tak pernah lupa bagaimana kau dulu ogah-ogahan belajar di kelas saat mood mu sedang tak baik. Kau murid nakal! Anak perempuan cengeng yang sering menangis entah karena hal apa saja. Anak nakal yang senang melarikan diri dan melibatkanku sebagai alasan. Orang satu-satunya yang memecahkan toples di rumahku ketika Hari Raya. Manusia satu-satunya yang membuat Ibuku menyediakan kue kacang di Hari Raya karena permintaannya. Kau itu cerewet dan amat berisik, terlebih ketika membangunkan ku pagi-pagi. Belum lagi saat kau menceramahi ku tentang apa saja, ingin sekali ku tempeli lakban diseluruh mulutmu. Ini sungguhan. Aku harus menyadarkan diriku bahwa kini kau seorang dokter. Dokter!
Tapi sebenarnya karena kau lah aku jadi lebih sering berpikir dan merefleksikan berbagai hal di hidupku. Lebih-lebih lagi aku tak akan pernah lupa bahwa di atas itu semua, kau adalah orang yang berjuang dengan sangat hebat. Kau adalah orang yang masih bersikap sama terhadap ku, menganggapku sebagai sahabatmu satu-satunya (entahlah, aku pun tak yakin tentang ini). Kau juga yang memperkenalkan aku dengan banyak hal baru, sungguh aku tak akan pernah tau bahwa aku menyukai novel-novel teenlit kalau bukan karenamu. Kau juga orang yang memberiku kesempatan bergabung dengan Aubade SMA pertama kalinya, aku bertaruh bahwa kau tak tau tentang ini. Aku tak tau bagaimana orang lain dengan hidupnya. Tapi aku tau bagaimana kerja kerasmu, kekuatanmu bertahan, jatuh bangunnya dirimu, kegigihanmu, serta kesabaranmu yang akhirnya membuktikannya sendiri hari ini. Setelah begitu banyak air mata, keputus asaan, ketidakpercayaan diri, kegagalan, penyesalan, entah berapa banyak lagi variabel negatif yang harus aku sebutkan, kau tetap saja tiba di titik ini.
Entah ini penantian mu atau justru penantian banyak orang yang menaruh harapan padamu, tetap saja kau hebat. Kau mencapainya! Nah, lagi-lagi kau membuatku kembali berpikir, apakah aku bisa seteguh dirimu? Pertanyaan yang aku pun tak tau jawabannya. Pada titik tertentu, kau justru membuatku mengagumi mu berkali-kali lipat.
Hei, aku ingin sekali memberi mu selamat secara langsung. Tapi sekarang kita sudah begitu jauh, maksudku secara fisik. Butuh sekitar 16 jam penerbangan untuk ku hadir disana, ditambah beberapa hari jet lag yang sungguh mengganggu sistem tubuhku. Baiklah, ku katakan saja disini bahwa aku begitu bangga padamu. Selamat menjadi dokter! Selamat mengabdikan hidupmu! Selamat menyambut petualangan baru! Selamat berproses! Entah berapa banyak variasi selamat yang bisa ku bentuk. Itu hanya refleksi dari betapa bahagianya diriku atas mu. Sungguh!
Sekarang ku panggil kau dokter Indah. Hebat sekali nama itu. Cocok sekali padamu. Namun di atas itu semua, sama seperti bagaimana Ibumu menganggapmu, kau masih gadis cengeng dan cerewet yang selalu ada dalam daftar nama di hidupku.
With all my heart,
Juny
Comments
Post a Comment