Resensi Wendy's Wishes
Judul :
Wendy’s Wishes
Penulis : Kyria
Genre : Paranormal Romance
Editor :
Anin Patrajuangga & Fanti Gemala
Penerbit : Garsindo
Cetakan : Pertama, Agustus 2013
Tebal :
vii+287 halaman
Harga :
Rp 54.000
“Jika saat ini aku bisa
berharap, aku sungguh berharap dia tidak pernah dilahirkan!”
Dendam dan benci selalu
tersulut dalam diri seorang Wendy Vanessa ketika keinginannya untuk menjadi
pemenang Dara Jelita kalah selangkah oleh Triana, sang juara 1 yang juga
merupakan anak mantan walikota, dan orang itu akan masuk kedalam daftar
orang-orang yang harus disingkirkannya. Karakter baru yang berbeda dan juga
tema yang benar-benar unik menjadikan karya Kyria kali ini harus diberi decak
kagum. Imajinasi Kyria benar-benar melanglang buana mencari sesuatu yang baru
untuk disuguhkan kepada para pembaca.
Wendy, gadis berparas cantik
dengan tubuh semampai yang hampir sempurna, tapi tak sebanding dengan
pribadinya. Seorang Wendy tak akan mau beramah-tamah dengan siapapun jika orang
itu tak menguntungkannya. Ia hanya berjalan sendiri dengan angkuh diantara
lautan kehidupan ini, tanpa peduli dengan orang lain yang disekitarnya.
Baginya, orang lain adalah saingan dalam menggapai impiannya. Sifat ambisius Wendy
membuat ia akan melakukan apapun untuk meraih tujuannya. Bahkan dengan cara
apapun. Kepercayaan diri dan tallent
yang dimilikinya membuat ia merasa tak pantas kalah dari siapapun. Namun dalam
perjuangannya selama ini, ia terpaksa menerima peringkat kedua dalam berbagai
kontes dan pemilihan yang ia ikuti, ia menganggap itu adalah kekalahan, tak ada
pemenang jika bukan yang pertama. Hal itu karena banyak hal yang ia tak miliki,
terutama koneksi dari orang-orang berpengaruh.
Kyria membuat alur kisah ini menjadi
unik dengan menghadirkan sebuah pena yang akan membantu Wendy mencapai
tujuannya. Mistik memang, namun hal itulah yang membuat kisah ini berbeda dari
kebanyakan, dan unik. Impian Wendy mulai tercapai saat ia menggenggam kekuasaan
dengan penanya. Siapapun akan ia singkirkan jika mengganggu jalannya.
Gigi-gigi
gadis itu bergemelatuk. Marah. Murka. Lantas seringai menyeramkan terulas dari
bibirnya. Dia menuliskan dibelakang foto itu “Aku ingin mengambil rupa
Anastasia Frida dan akan bahagia karenanya.”
Karakter seorang Wendy yang
benar-benar ambisius tergambar sempurna oleh Kyria. Kekejaman dan kebenciannya tersampaikan
melalui sikap-sikap Wendy dalam mengahadapi masalahnya.
Saat karir Wendy mencapai masa
keemasan, saat itu pula Kyria menciptakan konflik yang sebenarnya didalam diri
tokohnya sendiri. Wendy yang mulai dikuasai oleh kekuatan sang pena perampas
menjadi terlena dengan segala keinginannya. Ia tak pernah puas dengan apapun
yang ia telah miliki. Bahkan saat merampas harta Leon, sang fotografer yang
telah membuat ia benar-benar mencintai makhluk bernama laki-laki, yang kemudian
ia menyesali perbuatannya itu.
Buku ke-4 Kyria ini berbeda
dari novel berseri sebelumnya yang banyak menggunakan perasaan pembaca untuk
ikut dalam kisah cinta yang mengharukan. Wendy’s Wishes lebih menggunakan
semangat, hasrat, dan logika yang menghentak-hentak bagi pembaca untuk ikut
bertualang bersama Wendy menggapai mimpi. Harus diakui bahwa sikap Wendy yang
selalu bersemangat dan totalitasnya terhadap suatu hal yang ingin dicapainya
perlu kita terapkan pada diri kita sendiri, namun sifat ambisiusnya yang bisa
dikatakan over cukup hanya kita baca
melalui kisah Wendy. Karena keambisiusannya lah yang akhirnya mengantarkan
Wendy pada kehancurannya sendiri. Keinginan terakhirnya untuk dicintai justru
menghukum dirinya sendiri dari dunia yang selama ini telah diimpikannya.
Kyria benar-benar menarik
emosi pembaca untuk ikut bersemangat, marah, benci, dan mencela terhadap
kisah-kisah tokohnya di buku ini. Dan itulah yang menjadi nilai plus untuk
Kyria.
Dalam hidup,
tak ada hal yang abadi. Saat kamu ingin bermimpi, bermimpilah, dan raih
impianmu. Namun ingat, tak setiap hal dapat kita miliki, karena Tuhan
menciptakan makhluk-Nya secara adil.
Comments
Post a Comment