Review My Beautiful Sunrise
oleh Juny Zalisa
oleh Juny Zalisa
·
Judul : My Beautiful Sunrise
·
Penulis : Kyria
·
Genre : Fiksi
Indonesia
·
Penyunting : Laurensia
Nita
·
Penerbit : Bentang
Pustaka, Pustaka Populer
·
Cetakan : pertama,
Agustus 2013
·
Tebal : iv +
328 halaman; 20,5 cm
·
ISBN :
978-602-7888-61-6
·
Harga : Rp. 54.000
“Aku mungkin tak mengenalnya, tetapi akan terus mengingatnya”
Tak setiap cinta akan berakhir dengan kebahagiaan. Mungkin banyak
orang yang berhasil dengan cinta yang mereka miliki, namun tak sedikit juga
yang harus rela mengenyam pahit akibat cinta yang pernah bersemi di hati
mereka. Kisah Indah dan Satria adalah contoh konkret dari pernyataan kedua.
Kisah yang berakhir 4 tahun silam dalam novel My Perfect Sunset oleh seorang
Kyria. Ia kembali bermain dengan imajinasinya untuk memuaskan para pembaca yang
masih haus akan kisah yang belum menemukan titik tamatnya, sehingga My
Beautiful Sunrise hadir memberikan kisah-kisah selanjutnya yang akan
menyelesaikan pertemauan Indah dan Satria dalam My Perfect Sunset.
Jalan hidup adalah sebuah pilihan, bahkan saat kita berada di titik
terendah kehidupan, kita juga dipaksa untuk memilih. Sebuah pilihan yang
diambil oleh seorang Indah, sang
fotografer, untuk hidupnya dan cintanya.
Sebuah penyesalan atas penghianatan yang ia lakukan terhadap kekasihnya Kevin
yang berakhir dengan hembusan nafas terakhir Kevin, membuat ia menghukum
dirinya sendiri dengan tidak pernah menerima cinta siapapun. Indah melepaskan
cinta yang ia miliki untuk Satria, membiarkan petinju itu pergi dengan membawa
sakitnya cinta yang tak terbalaskan.
4 tahun bukan waktu yang singkat untuk dilalui. Indah dan Satria
menata kembali hidup mereka yang baru dalam 4 tahun itu. Menggapai impian
masing-masing, tanpa cinta, dan menjadi pribadi yang saling menyimpan luka di
hati masing-masing. Pertemuan kembali Indah dan Satria yang kini telah menjadi
petinju dunia, membuat pembaca mengerti bahwa ada luka dan penyesalan yang tak
bisa dihapus oleh waktu. Bagaimanapun lamanya waktu berlalu dan usaha keduanya
yang saling melupakan satu sama lain, tetap sebuah penjelasan yang dinanti untuk bisa meruntuhkan
kebencian diantara mereka.
Hal yang menyebalkan mengenai cinta,
seseorang tidak pernah tahu apa dan bagaimana akan terjatuh kedalamnya. Dan
yang lebih menjengkelkan lagi, tidak ada yang tahu cara untuk bisa terlepas dari jeratnya, bahkan
setelah waktu berlalu sekian lama. (hal 19)
Kenangan akan sosok Satria sama saja dengan
membuka luka lama di hatinya dan membuat Indah membenci dirinya sendiri.
Mengingat Satria, membuat Indah teringat akan dosa dan penghianatannya. (hal
28)
Aliran emosi pada novel ini benar-benar
menyeret pembaca untuk turut merasakan bagaimana kecamuk hati diantara dua
insan itu. Berbagai rasa yang harus mereka redam, mulai dari amarah, kebencian,
kerinduan, dan kepahitan. Namun ada bagian dimana Kyria membuat seluruh rasa
itu tumpah begitu saja, yang membuat pembaca terbawa hanyut alirannya.
Membaca My Beautiful Sunrise seolah sedang
menonton adegannya di depan mata. Konflik yang dipadukan Kyria sungguh memukau.
Tak sekedar melanjutkan alur My Perfect Sunset yang mungkin hanya akan terasa
hambar, namun MBS bagaikan kisah baru yang utuh dengan sendirinya. Berbagai
konflik antara tokoh dengan berbagai hal yang ada disekitar kehidupannya. Kyria
membuat MBS benar-benar harus dinikmati pembaca. Alurnya yang tak hanya melulu
membahas perasaan Indah dan Satria, namun malah diselipkan dengan adegan-adegan
action yang ada di film detektif. Kasus-kasus kriminal yang dilakukan oleh adik
Satria, malah menjembatani kedua insan itu untuk kembali harus bekerja sama dan
melakukan flashback pada masa lalu mereka. Membuat keduanya menyadari bahwa
mereka tak pernah bisa melenyapkan cinta yang mereka miliki.
“Satria.” Indah menelan ludahnya, menatap
lurus kepada Satria. “Kau… apakah kau sudah menemukan cinta lagi?”
Satria balas menatap lekat, tersenyum tipis.
“Ya, sudah. Aku telah menetapkan pada siapa hatiku berlabuh. Kau tidak perlu
mengkhawatirkanku.”
Indah terkesiap, dengan segera ingatannya
terlempar kepada Sinittha. Dia mengangguk perlahan.
Satria keluar dari sana. Dari hidup Indah.
(hal 217)
Sebuah perpisahan yang sungguh tidak
diinginkan oleh pembaca. Kyria masih senang menenggelamkan pembaca dalam
permainan alurnya yang sungguh membuat pembaca ikut merasakan sendu, kerinduan,
dan kegelisahan diantara keduanya. Namun kisah ini belum berakhir pada bagian
itu, justru itulah titik awal mulainya kisah Indah dan Satria yang mengalir
seperti didalam My Perfect Sunset. Dimana perjuangan cinta kembali muncul, dan
kisah kisah lama harus terputar kembali. Bagian dimana Satria kembali menjadi
Satria yang sama dihadapan Indah.
Saat Indah memaksakan diri untuk mulai
membuka hatinya pada cinta baru, justru Tuhan lah yang mengantarkannya kepada
cinta sejatinya, Hardy Prasatria. Siapa sangka tingkah konyol dan aneh Satria
tidak pernah berubah bahkan setelah ia menjadi juara tinju dunia. Malahan
pernikahan romantis yang diimpikan Indah harus lenyap oleh kejutan-kejutan
konyol Satria di hari pernikahan mereka.
“Jika semuanya mulai kacau dan terjadi diluar
perhitungan, itu bukan berarti kita tak bisa mendapatkan sunset yang sempurna.
Itu berarti kita akan mendapatkannya dengan cara yang berbeda”
Comments
Post a Comment